BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan sempurnanya yaitu memiliki fisik dan roh
serta dilengkapi oleh akal, nurani dan kehendak.
Manusia tidak terlepas dari
kebutuhan untuk menyambung hidupnya. Kebutuhan manusia itu terdiri dari dua
yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Utuk mendapatkan kebutuhan
tersebut manusia sebaiknya menggunakan etika yang baik dan benar. Namun
akhir-akhir ini manusia seakan-akan lupa dengan etika yang baik dan benar dalam
mendapatkan kebutuhan yang ia perlukan. Oleh sebab itulah penyusun makalah ini
tertarik untuk membahas makalah ini yang berjudul “manusia, kebutuhan dan
etika”, yang insllah di dalamnya nanti kami akan hadirkan pembahasan yang
menuju kepada bagaimana manusia itu sendiri, apa dan bagaimana sebenarnya
kebutuhan manusia tersebut, serta seperti apa etika yang baik dan benar yang
harus dimiliki oleh manusia tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang
dimaksud dengan manusia itu sendiri?
2. Apa-apa saja
kebutuhan manusia itu yang sebenarnya?
3. Bagaiman etika dan moral yang baik
yang perlu ada pada manusia sebenarnya?
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk mempermudah proses belajar mengajar dan memperluas pengetahuan
pembaca terhadap apa dan bagaimana manusia, kebutuhan, dan etika itu yang
sebenarnya.
Sehingga nantinya pembaca mampu dan
mengerti tentang manusia, kebutuhan, dan 3berkehidupan
dalam bermasyarakat.
1.4 Manfaat Makalah
Agar mahasiswa ataupun pembaca
memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan manusia, kebutuhan, dan etika
dan bisa berkehidupan dalam bermasyarakat dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANUSIA MAKHLUK BUDAYA1. Hakikat Manusia
Menurut Charles Darwin, manusia
berasal dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun,
setelah di uji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda
dengan monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan
kata lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama
sekali dengan monyet. Teori evolusi Charles Darwin tidak dapat diterima.
Rohiman Notowidagdo (1996:17)
menyatakan bahwa Alquranlah yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Semenjak 14 (empat belas) abad yang lalu, dalam Alquran telah dijelaskan bahwa
manusia bukan keturunan kera, melainkan manusia (Adam) diciptakan Allah dari
tanah. Allah menciptakan manusia terdiri dari materi dan roh, melalui
tahapan-tahapan, dari turub menjadi
tanah, kemudian menjadi lumpur hitam yang diberi bentuk dan kemudian menjadi
tanah kering seperti tembikar, dan setelah disempurnakan bentuknya, Allah
meniupkan roh (ciptaan-Nya), maka terjadilah Adam.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh. Tubuh adalah
materi yang dapat dilihat, diraba, dan dirasa, wujudnya konkret, tetapi tidak
abadi.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan
yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain.
Akal (ratio, ciptaan) berfungsi sebagai alat berpikir dan sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi (science and technology).
Dengan akal manusia menilai fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang benar
dan mana yang salah.
Dengan nurani manusia menlialai
fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang indah dan baik, serta mana yang
jelek dan buruk. Fakta, peristiwa, atau lingkungan yang indah dan baik diterima
oleh nurani (nilai keindahan atau nilai kebaikan atau nilai etis), sedangkan
yang jelek dan buruk ditolak oleh nurani.
Dengan kehendak manusia menilai
fakta, peristiwa, atau lingkungan mana yang dikehendaki atau dibutuhkan karena
berguna (bermanfaat), dan mana yang ditolak atau tidak dibutuhkan karena tidak
berguna (tidak bermanfaat).
Dalam 2 (dua) keadaan yang bertolak
belakang ini manusia berada pada posisi sentral, artinya manusialah yang
mempertimbangkan, menilai, dan berkehendak menciptakan kebenaran, kebaikan,
kegunaan, serta lingkungan sehat, atau sebaliknya menciptakan kesalahan,
keburukan, dan kerugian serta pencermaran lingkungan.
2. Daya Indera dan Daya Rasa
Sebagai makhluk sempurna ciptaan
Tuhan, manusia dibekali dengan daya indera dan daya rasa. Daya indera diperoleh
melalui pancaindera yang terdiri dari:
1.
Mata untuk melihat
2.
Telinga untuk mendengar
3.
Lidah untuh mengecap (taste)
4.
Hidung untuk mencium bau,
5.
Kulit untuk merasa (sentuhan)
Pancaindera tersebut menghubungkan
diri manusia dengan lingkungan sekitarnya atau dunia. Dengan pancaindera
manusia menikmati keindahan, kesenangan, dan kebahagiaan.
Sedangkan perasaan rohani adalah
perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Perasaan rohani ada 6 (enam) macam,
yaitu:
1.
Perasaan intelektual (pengetahuan)
2.
Perasaan estetis (keindahan)
3.
Perasaan etis (kebaikan)
4.
Perasaan diri (harga diri)
5.
Perasaan sosial (kelompok, korp atau
hidup bermasyarakat)
6.
Perasaan religious (agama atau
kepercayaan)
3.Teori Eksistensialisme
Menurut Soren Kierkegaard, teori
eksistensialisme memandang manusia itu secara konkret seperti yang kita
saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Eksistensi manusia dalam konteks
kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya
(ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hokum alamiah pula.
Kierkegaard menyatakan bahwa hidup
manusia mempunyai 3 (tiga) taraf, yaitu estetis, etis, dan relegius. Pada taraf
kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia lingkungan sekitarnya sebagai
dunia yang mengangumkan dan mengungkapkannya kembali dalam karya lukisan,
tarian, dan nyayian yang indah.
Pada taraf kehidupan etis, manusia
meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk
keputusan bebas dan dipertanggungjwabkan. Pada taraf kehidupan relegius,
manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan sang pencipta.
Manusia menurut teori
eksistensialisme dari Soren Kierkegaard adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
terikat dengan lingkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena
kemampuan bekerja keras dan mencipta.
2.2 KEBUTUHAN MANUSIA
Kebutuhan manusia pada dasarnya
meliputi 3 (tiga) jenis kebutuhan berikut ini:
1.Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani adalah kebutuhan
material yang berguna bagi pengembangan raga, kelangsungan hidup, dan untuk
bertahap hidup. Kebutuhan jasmani atau fisik terdiri dari 4 (empat) jenis:
1.
Pangan, yaitu makanan dan minuman
untuk mengatasi rasa lapar dan haus.
2.
Sandang, yaitu pakaian yang mnutupi
badan untuk mengatasi rasa dingin dan panas serta gigitan binatang.
3.
Rumah, yaitu tempat tinggal dan
berlindung bagi keluarga selama hidupnya.
4.
Olahraga, yaitu kegitan untuk
memelihara kesehatan badan.
2.Kebutuhan
Rohani
Kebutuhan rohani adalah kebutuhan
immaterial yang berguna bagi pengembangan jiwa, intelektual, kesenian, dan
ketakwaan kepada Tuhan. Kebutuhan rohani disebut juga kebutuhan kejiwaan (psychological needs). Kebutuhan ini
terdiri dari:
Pendidikan dan perlatihan
1.
Hiburan
2.
Kesenian
3.
Keagamaan
3.Kebutuhan
Biologis
Kebutuhan biologis adalah kebutuhan
yang berguna bagi pengembangan keluarga dan kelangsungan generasi.
4.Pemenuhan
Kebutuhan
Kebutuhan manusia hanya dapat
dipenuhi dalam jumlah terbatas. Kalau tidak dibatasi atau berlebihan, berarti
akan merusak kelestarian dan keserasian alam lingkungannya yang justru dapat
menimbuklan malapetaka bagi menusia sendiri.
Dalam kondisi begini perilaku etis
dan estetis manusia berubah menjadi perilaku amolal dan jahat yang tidak
manusiawi, bertentangan dengan hakikat manusia.
C. ETIKA DAN MORAL
1. Konsep Etika
Bertens (1994) menyatakan bahwa
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno ethos
artinya adat kebiasaan, akhlak yang baik, bentuk jamaknya etha. Dari bentuk jamak ini dibentuk
istilah bahasa Inggris Ethics yang
kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi Etika, yaitu ilmu tentang kebiasaan yang baik. Berdasarkan arti
tersebut ada 3 (tiga) hal yang perlu dicermati, yaitu perilaku (perbuatan),
acuan perilaku (norma, sistem nilai), dan bentuk norma/sistem nilai (kode Etik,
label). Dengan demikian, Etika dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) konsep
(arti), yakni seperti yang akan diuraikan di bawah ini:
a. Kebiasaan Berbuat Baik dan Berbuat
Buruk
Kebiasaan berbuat baik, artinya
terbiasa berbuat yang menyenangkan serta bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi
orang lain, disebut etis. Contoh perbuatan baik (etis), antara lain:
1. Menata
lingkungan yang sehat.
2. Mencegah dan
membasmi peredaran narkoba.
3. Menolong orang
yang terkena musibah, dan
4. Menyantuni
ank yatim dan yatim piatu.
Kebiasaan berbuat buruk, artinya
terbiasa berbuat tidak bermanfaat, merugikan diri sendiri dan semua orang,
disebut tidak etis. Contoh perbuatan butuk (tidak etis) yang merugikan:
1. Memprovokasi
orang untuk berbuat jahat atau onar.
2. Melakukan
pungutan liar (pungli), judi, minuman keras, ataupun perbuatan maksiat.
3. Membakar
bangunan milik orang lain atau milik Negara (instansi pemerintah), dan
4. Membegal motor orag lain dan menganiaya
pemiliknya.
b. Sistem Nilai Budaya Sebagai Acuan Perilaku
Etika adalah nilai-nilai berupa
norma-norma moral yang menjadi pedoman hidup bagi seseorang atau kelompok orang
dalam berperilaku atau berbuat. Etika dalam arti ini disebut “sistem nilai
budaya”.
Dengan demikian, sistem nilai selalu mengandung 3
(tiga) unsur, yaitu:
1. Norma moral,
sebagai acuan perilaku, jenisnya adalah pereturan, pemberitahuan, petunjuk,
arahan, dan simbol.
2. Keberlakuan
norma moral, hasilnya perbuatan baik, benar, dan bermanfaat, contohnya
berkendaraan di jalan sebelah kiri, bekerja keras dan produktif, atau
membersihkan lingkungan tempat tinggal.
3. Nilai-nilai,
sebagai produk perbuatan berdasarkan norma moral, contohnya adalah ketertiban,
kesejahteraan, kesehatan, dan penghargaan.
Sistem nilai
budaya akan dipahami dan dipatuhi orang lain atau kelompok masyarakat apabila
diwujudkan dalam bentuk perbuatan nyata yang dapat dijadikan teladan.
c. Kumpulan Asas atau Nilai Moral (Akhlak)
Etika dalam arti ini merupak
kumpulan asas atau nilai moral (akhlak), yang menggambarkan perilaku baik,
benar, dan bermanfaat. Asas atau nilai moral tersebut biasanya dihimpun dalam
bentuk Kode Etik atau label. Kode Etik berisi gambaran perilaku bagaimana
seharusnya seorang professional berbuat atau tidak berbuat (how should do or not do) yang bermanfaat
bagi semua orang. Contoh isi Kode Etik: seorang
dokter seharusnya mengutamakan pelayanan pasien dengan baik, teliti, hati-hati,
menyenangkan, dan bertanggung jawab sesuai dengan tingkat profesionalnya
sebagai dokter.
Lebel berisi gambaran perilaku
bagaimana seharusnya orang berbuat atau tidak berbuat di tempat tertentu atau
dalam ruang tertentu yang bermanfaat bagi semua orang. Label umumnya ditulis
dalam bentuk kalimat tunggal yang mudah dilihat atau dibaca yang berisi
perintah, larangan, atau imbauan. Contoh isi lebel dengan kalimat tunggal,
antara lain seperti berikut ini:
1. Dilarang
merokok dalam ruangan ber-AC.
2. Buanglah
sampah di tempat yang telah disediakan.
3. Bayarlah
dengan uang pas.
4. Dilarang
masuk kecuali petugas yang bersangkutan.
5. Kurangi
kecepatan, tikungan tajam.
2. Konsep Moral
Bertens (1994) menyatakan bahwa kata
Moral berasal dari bahasa Latin mos, bentuk
jamaknya mores, bahasa Inggrisnya moral, diserap ke dalam bahasa Indonesia
tanpa perubahan, yang juga berarti kebiasaan berbuat baik, sebagai lawan dari
kebiasaan berbuat buruk. Jadi, sebenarnya sama dengan arti etik (susila). Oleh
karena itu, Moral adalah kebiasaan berbuat baik (akhlak baik) disebut perbuatan
moral (susila), sedangkan kebiasaan berbuat buruk (akhlak buruk) disebut
perbuatan moral (asusiala).
Nilai moral adalah nilai atau hasil
perbuatan yang baik, sedangkan norma moral adalah norma yang berisi cara
bagaimana berbuat baik. Bermoral
artinya mempunyai kebiasaan berbuat baik atau terbiasa berbuat baik, sedangkan
tidak bermoral artinya kebiasaan atau terbiasa berbuat buruk, jahat, atau
merugikan orang lain.
Moral bersifat kodrati, artinya
sejak diciptakan Tuhan, manusia sudah dibekali dengan sifat-sifat baik, jujur,
dan adil. Moral bersifat asasi, yaitu sifat yang diturunkan Tuhan kepada manusia
agar selalu berbuat baik, jujur, adil dan itu adalah benar serta bermanfaat
bagi pelaku sendiri dan juga bagi orang lain (masyarakat tempat dia hidup).
Sebaliknya, orang molar artinya
perilaku yang diwujudkan melalui perbuatannya tidak baik, tidak benar, tidak
adil, dan tidak bermanfaat bagi orang lain (masyarakat). Dengan kata lain,
terbiasa berbuat melanggar hak asasi manusia, serta terbiasa berbuat jahat dan
buruk dalam mengemban tuganya. Contohnya, antar lain perbuatan yang berikut
ini:
1. Melakukan
perkosaan, pemerasan, pembagalan, atau korupsi.
2. Berbuat
kejam terhadap keluarga dan menelantarkan istri dan anak.
3. Berkendaraan
ugal-ugalan di jalan raya yang ramai.
4. Tidak mau
melayani pasien orang miskin.
5. Melemparkan bom rakitan di tempat
ramai dikunjungi orang, atau
6. Bertindak
sewenang-wenang terhadap rakyat ataupun bawahan (dictator).
3. Etika/Moral Kodrat dan Budaya
Ada 2 (dua) jenis hubungan dalam
kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengan Tuhan Sang Pencipat dan
hubungan sesama manusia dalah hidup bermasyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut,
dapat dikemukakan 2 (dua) jenis sumber Etika/Moral. Kedua jenis sumber
Etika/Moral tersebut adalah:
a. Tuhan Sang Pencipta
Yang menurunkan Etika/Moral kepada
manusia makhluk budaya ciptaan-Nya. Etika/Moral yang bersumber dari Tuhan Sang
Pencipta disebut Etika/Moral kodrat.
b. Manusia (masyarakat)
Yang merupakan Etika/Moral kepada
kelompoknya dalam bentuk kesempatan (produk budaya) yang dipatuhi oleh semua
individu anggota kelompoknya (masyarakat). Etika/Moral yang bersumber dari
manusia (masyarakat) disebut Etika/Moral Budaya.
Etika/Moral Kodrat adalah kebiasaan
berperilaku atau berbuat baik, dan benar, bermanfaat bagi semua orang karena
kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Kodrat bersifat asasi dan berlaku
umum (universal). All human beings are created equal by God
(Creator). Contoh Etika/Moral Kodrat, antara lain adalah:
Berkata jujur dan berbuat adil.
1. Menghargai
hak orang lain.
2. Menghormati
orangtua, guru, dan atasan.
3. Membela kebenaran
dan keadilan.
4. Menyantuni
anak yatim dan yatim piatu, serta
5. Memenuhi
kewajiban dan memperoleh hak.
Etika/Moral Budaya adalah kebiasaan
berbuat baik, benar, dan bermanfaat bagi semua orang karena kesempatan bersama
antara sesama anggota masyarakat pada waktu tertentu dan tempat tertentu.
Contohnya adalah:
1. Upacara
kelahiran, perkawinan, dan kematian menurut adat setempat.
2. Busana dan
perangkat adat setempat.
3. Kawin lari (elopement) menurut adat setempat.
4. Etika orang
Jawa, Minangkabau, dan Lampung.
5. Subak pada
masyarakat bali, serta
6. Perdamaian
menurut adat setempat.
4.Upaya Pembinaan dan Pemeliharaan Moral
Apa saja upaya-upaya yang dapat
dilakukan agar dapat membina dan memelihara Moral manusia, sehingga terbiasa
berperilaku dan berbuat baik, benar dan bermanfaat. Beberapa upaya tersebut,
antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatkan
pendidikan dan pelatihan.
b.
Meningkatkan dan memantapkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
c. Berkomunikasi
dengan orang baik, bergunam dan beramal.
d. Memperbanyak
pengalaman mengahadapi dan menyelesaikan masalah kehidupan.
e. Selalu
bersikap susila, sabar, dan tidak mudah putus asa.
f. Utamakan
mempergunakan pertimbangan akal sehat dan tidak emosional.
g. Hindari
perilaku perbuatan tercela, tidak terpuji.
h. Perbanyak
perbuatan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
i.
Perlu saling menolong antara sesame
karena manusia mempunyai keterbatasan.
j.
Silaturahim, saling memberi amanah
dalam kebaikan dan kesabaran, serta
k. Biasakan
kerja keras yang produktif sesuai dengan kemampuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Manusia adalah makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna jika dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang lain,
manusia yang tercipta terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang
utuh. Selain itu manusia juga dilengkapi oleh akal (ratio), nurani, dan kehendak.
2. Sebagai
makhluk sempurna ciptaan Tuhan, manusia dibekali dengan daya indera dan daya
rasa. Daya indera diperoleh melalui pancaindera yang terdiri dari:
a.
Mata untuk melihat
b. Telinga untuk
mendengar
c.
Lidah untuh mengecap (taste)
d. Hidung untuk
mencium bau, dan
e. Kulit untuk
merasa (sentuhan)
3. Sedangkan perasaan
rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia. Perasaan rohani
ada 6 (enam) macam, yaitu:
a.
Perasaan intelektual (pengetahuan)
b.
Perasaan estetis (keindahan)
c.
Perasaan etis (kebaikan)
d.
Perasaan diri (harga diri)
e.
Perasaan sosial (kelompok, korp atau
hidup bermasyarakat)
f.
Perasaan religious (agama atau
kepercayaan)
4. Kebutuhan
manusia yaitu terdiri dari kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut:
a. Kebutuhan
jasmani
b. Kebutuhan
rohani
c. Kebutuhan
biologis
5. Etika
berasal dari bahasa Yunani kuno ethos artinya
adat kebiasaan, akhlak yang baik, bentuk jamaknya etha. Dari bentuk jamak ini dibentuk istilah bahasa Inggris Ethics yang kemudian diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi Etika, yaitu
ilmu tentang kebiasaan yang baik.
6. Moral adalah
kebiasaan berbuatbaik (akhlak baik) disebut perbuatan moral (susila), sedangkan
kebiasaan berbuat buruk (akhlak buruk) disebut perbuatan moral (asusiala).
Nilai moral adalah nilai atau hasil
perbuatan yang baik, sedangkan norma moral adalah norma yang berisi cara
bagaimana berbuat baik. Bermoral artinya mempunyai kebiasaan berbuat baik atau
terbiasa berbuat baik, sedangkan tidak bermoral artinya kebiasaan atau terbiasa
berbuat buruk, jahat, atau merugikan orang lain.
B.
Saran
Demikianlah makalah yang penulis
buat, dengan bekal pengetahuan dasar tentang hal-hal yang penulis sampaikan,
diharapkan pembaca dapat mengerti secara intens pada pembahasan yang
dibicarakan. Namun penulis sebagai penyusun makalah ini menyadari masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, maka kami harapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun dari pembaca guna untuk perbaikan makalah yang akan datang.
Kami juga berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Muhammad, Abdulkadir. 2008. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Bandung: Citra Aditya Bakti.
13
0 Komentar untuk "MAKALAH ISBD MANUSIA, KEBUTUHAN DAN ETIKA"