Pola
pendidikan islam umaiyyah
A. Pendahuluan
Selama
kurang lebih 91 tahun dinasti umayyah berkuasa, pendidikan Islam mulai tumbuh
dan berkembang seiring dengan perluasan wilayah kekuasaan umat Islam yang
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi politik pada saat itu. Perkembangan ilmu
pengetahuan bukan hanya terbatas pada bidang keagamaan saja tetapi dalam bidang
teknologi dan militer serta administrasi pemerintahan juga banyak yang telah
direformasi.
Banyak jasa
dan kemajuan dalam pembangunan yang telah diukir oleh masing-masing khalifah
dinasti umayyah selama mereka berkuasa, diantaranya adalah mendirikan dinas pos
dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan
peralatannya di sepanjang jalan, penertiban angkatan bersenjata dan mata uang,
bahkan jabatan hakim (qadhi) menjadi profesi tersendiri. Hal ini menunjukkan
bahwa perkembangan ilmu pengetahuan mendapat dukungan yang tingi dari masyaakat
dan pemerintah.
Dalam
makalah ini penulis mencoba mendiskripsikan bagaimana sejarah berdirinya
dinasti umayyah, apa kemajuan yang dicapai dan apa yang mempengaruhi kemunduran
serta pola pendidikan Islam yang dikemnagkan selama masa pemerintahan dinasti
umayyah.
B. Sejarah Berdirinya Dinasti Umayyah
Sebelum
menjelaskan proses yang terjadi tentang berdirinya dinasti umayyah, penulis
sekilas akan menjelaskan tentang pengambilalihan kekuasaan terlebih dahulu.
Sesudah
wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib, maka berari habislah masa kepemimpinan
khulafaur rasyidin. Oleh karena itu masyarakat Arab, Irak dan Iran mengangkat
Hasan ibn Ali untuk menggantikan kedudukan ayahnya sehinga terjadilah
pembaiatan oleh Qois ibn Saad dan diikuti oleh masyarakat Irak. Akan tetapi
permasalahan timbuk karena pihak Muawiyah tidak setuju dengan pembaiatan
tersebut maka Muawiyah mengirim tentara untuk menyerang kota Irak.
Dengan
kebijaksanaan Hasan ibn Ali maka peperang tersebut tidak terjadi, hal ini
dilakukan oleh Hasan agar pertumpahan darah yang lebih besar dalam umat Islam
bisa dihindari, namun Hsan ibn Ali mengajukan syarat-syarat kepada Muawiyah
diantaranya adalah :
- Agar Muawiyah tidak menaruh dendam terhadap
seorang pun dari penduduk Irak.
- Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepad
Hasan setiap tahun
- Muawiyah membayar kepada saudaranya Husein
sebanyak 2 juta dirham
- Menjamin keamanan dan memaafkan kesalahan
penduduk Irak
- Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih
banyak dari pada bani Abdu Syam
- Jabatan khalifah sesudah Muawiyah harus
diputuskan berdasarkan musyarwah di antara kaum muslimin.
Menurut Ajid
Thohir bahwa dinasti umayyah mulai terbentuk ketika terjadi peristiwa tahkim
dalam perang siffin, yaitu suatu perang yang bermaksud untuk menuntut balas
atas kematian khalifah Utsman ibn Affan. Sebenarnya peprang tersebut akan
dimenangkan oleh pendukung Ali ibn Abi Thalib tetapi melihat gelagat kekalahan
Muawiyah segera mengajukan usul kepada pndukung Ali untuk kembali kepada hokum
Allah. Dalam peristiwa inilah Ali telah tertipu oleh taktik dan siasat Muawiyah
sehinga Ali kalah secara politis, oleh karena itu
Muawiyah mendapat kesempatan untuk mengangkat dirinya sebagai khalifah
sekaligus raja.
Dengan
demikian, secara resmi penerimaan Muawiyah ibn Abi Sofyan sebagai khalfah
setelah Hasan ibn Ali mengundurkan dir dari jabatan khalifah yang mendapat
dukungan dari kaum syi’ah dan telah dipegangnya beberapa bulan lamanya. Peristiwa
kesepakatan antara Hasan ibn Ali dengan Muawiyah ibn Abi Sofyan lebih dikenal
dengan peristiwa “Am al Jamaah” dan sekaligus menjadikan batas pemisah antara
masa khulafaur rasyidin (632-661 M) dengan masa dinasti umayyah (661-750 M).
Walaupun
dengan menggunakan berbagai cara dan strategi yang kurang baik yaitu dengan
cara kekerasan, diplomasi dan tipu day serta tidak dengan pemilihan yang
demokrasi Muawiyah tetap dianggap sebagai pendiri dinasti umayyah yang telah
banyak melakukan kebijakan-kebijakan yang baru dalam bidang politik,
pemerintahan dan lain sebagainya
Menurut
Maidir dan Firdaus, selama memerintah Muawiyah tidak mendapatkan kritikan oleh
pemuka dan tokoh umat Islam, kecuali setelah ia mengangkat anaknya Yazid
menjadi putra mahkota. Sebelum adanya peristiwa tersebut kondisi secara umum
tetap stabil dan terkendali sehingga Muawiyah dapat melakukan beberapa usaha
untuk memajukan pemerintahan dan perkembangan Islam.
Muawiyah
yang menjadi khalifah pertama yang berkuasa dalam pemrintahan dinasti umayyah
merubah sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun). Hal ini tercermin ketika suksesi kepemimpinan
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia kepada anaknya.
Muawiyah bermaksud menerapkan monarchi yang ada di Persia dan Bizantium,
walaupun dia tetap menggunakan istilah khalifah namun pelaksanaannya banyak
interpretasi baru dalam jabatan tersebut.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Muawiyah adalah orang sangat
berpengalaman dalam bidang politik dan mempunyai visi dan misi serta tujuan
yang sangat jauh kedepan untuk kemajuan dinasti umayyah dan mat Islam umumnya
Para
khalifah dinasti umayyah selurunya berjumlah 14 orang yang telah berkuasa mulai
tahun 41- 132 H (661-750 M), mereka adalah :
- Muawiyah (41 H / 661 M)
- Yazid I (60 H / 680 M)
- Muawuyah II (64 H / 683 M)
- Marwan (64 H / 683 M)
- Abdul Malik (65 H / 685 M)
- Al Walid (86 H / 705 M)
- Sulaiman (96 H / 615 M)
- Umar bin Abdul Aziz (99 H / 717 M)
- Yazid II (101 H / 720 M)
- Hisyam (105 H /724 M)
- Al Walid II (125 H / 742 M)
- Yazid III (126 H / 744 M)
- Ibrahim (126 H / 744 M)
- Marwan II (132 H / 750 M).
Dari sekian
banyak khalifah yang berkuasa pada masa dinasti umayyah hanya beberapa khalifah
saja yang dapat dikatakan khalifah besar yaitu Muawiyah ibn Abi Soyan, Abd al
Malik ibn Marwan, Al Walid ibn Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz dan Hasyim ibn
abd al Malik.
C. Kemajuan yan Dicapai
Secara umum
kemajuan dan perubahan yang dilakukan pada masa dinasti umayyah sudah
disinggung pada pembahasan di atas. Namun untuk lebih jelasnya maka penulis
akan menguraikan hal-hal yang telah dilakukan oleh seluruh khalifah yang
berkuasa pada waktu itu, di antaranya adalah :
- Pemisahan kekuasaan
Pemisahan kekuasaan
antara kekuasaan agama (spiritual power) dengan kekuasaan politik (temporal
power). Muawiyah bukanlah seorang yang ahli dalam soal-soal keagamaan, maka
masalah keagamaan diserahkan kepada para ulama..
- Pembagian wilayah
Pada masa
khalifah Umar ibn Khattab terdapat 8 propinsi, maka pada masa dinasti umayyah
menjadi 10 propinsi. Tiap –tiap propinsi dikepalai oleh gubernur yang
bertanggung jawab langsung kepada khalifah. Gubernur berhak menunjuk wakilnya
di daerah yang lebih kecil dan mereka dinamakan ‘amil.
- Bidang administrai pemerintahan
Dinasti
umayyah membenyuk beberapa diwan (departemen) yaitu :
a. Diwan al
Rasail, semacam sekretaris jendral yang berfungsi untuk mengurus surat-surat
negara yang ditujukan kepada para gubernur atau menerima surat-surat dari
mereka.
b. Diwan al
Kharraj, yang berfungsi untuk mengurus masalah pajak
c. Diwan al
Barid, yang berfungsi sebagai penyampai berita-berita rahasia daerah kepada
pemerintah pusat
d. Diwan al
Khatam, yang berfungsi untuk mencatat atau menyalin peraturan yang dikeluarkan
oleh khalifah
e. Diwan
Musghlihat, yang berfungsi untuk menangani berbagai kepentingan umum
- Organisasi keuangan
Percetakan
uang dilakukan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan, Walaupun pengelolaan
asset dari pajak tetap di baitul mal
- Organisasi ketentaraan
Pada masa
ini keluar kebijakan yang agak memaksa untuk menjadi tentara yaitu dengan
adanya undang-undang wajib militer yang dinamakan ‘Nidhomul Tajnidil Ijbary”
- Organisasi Kehakiman
Kehakiman
pada masa ini mempunyai dua ciri khas yaitu:
a. Seorang
qadhi atau hakim memutuskan perkara dangan ijtihad
b. Kehakiman
belum terpengaruh dengan politik
- Bidang Sosial budaya
Pada masa
ini orang-orang arab memandang dirinya lebih mulia dari segala bangsa bukan
arab, bahkan mereka memberi gelar dengan Al Hamra
- Bidang seni dan sastra
Ketika Walid
ibn Abdul Malik berkuasa terjadi penyeragaman bahasa, yaitu semua administrasi
negara harus memakai bahasa Arab.
- Bidng seni rupa
Seni ukir
dan pahat yang sangat berkembang pada masa itu dan kaligrafi sebagai motifnya.
- Bidang arsitektur
Telah
dibangunnya kubah al sakhrah di Baitul Maqdia yang dibangun oleh khalifah Abdul
Malik ibn Marwan.
Mencermati
sekilas tentang kemajuan yang telah dicapai oleh dinasti umayyah barang kali
ada pesan yang dapat kita tangkap disini bahwa ketika pemerintah mempunyai
kemauan yang keras untuk membangun negaranya maka rakyat yang dipimpinya akan
mendukung semua program pemerintah tersebut
D. Sebab-sebab Kemunduran
Dinasti
umayyah mengalami kemajuan yang pesat hanya pada dasawarsa pertama kekuasaannya
sedangkan pada tahun berikutnya sudah mengalami kemunduran. Kemajuan yang
terjadi pasa masa pemerintahan Muawiyah sampai kepada Hisyam saja.
Adapun beberapa faktor penyebab
kemunduran dinasti umayyah adalah :
- Sistem pergantian khalifah melalui garis
keturunan. Pengaturannya tidak jelas sehingga menyebabkan persaingan yang
tidak sehat di lingkungan keluarga kerajaan.
- Adanya gerakan oposisi dari pendukung Ali dan
Khawarij baik yang dilakukan secara terbuka maupun secara tertutup. Hal
ini banyak menyedot perhatian pemerintah ketika itu.
- Timbulnya permasalahan sosial yang menyebabkan
orang non Arab dan suku Arabia Utara sehingga dinasti umayyah kesulitan
untuk menggalang persatuan dan kesatuan
- Sikap hidup mewah di kalangan keluarga istana dan
perhatian terhadap masalah keagamaan sudah berkurang
- Adanya kekuatan baru yang digalang oleh keturunan
al Abbas ibn Abd al Muthalib sehingga menyebabkan keruntuhan kekuasaan
dinasti umayyah.
Dengan
demikian dapat menjadi pengalaman bagi setiap pemerintahan yang tidak baik
lambat atau cepat tetap akan runtuh. Sebuah sistem yang telah dibangun dengan
tidak baik akan menghasilkan produk yang tidak baik juga.
E. Pola Pendidikan Islam yang Dikembangkan
Di samping
melakukan pengembangan wilayah kekuasaan, pemerintah dinasti umayyah juga memberi
perhatian pada bidang pendidikan. Hal ini dibuktikan dari kuatnya dorongan para
khalifah terhadap dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana bagi
para ilmuan, seniman, dan ulama untuk mengembangkan semua bidang ilmu yang
dikuasainya. Ilmu pengetahuan yang sudah berkembang pada masa ini di antaranya
adalah:
1. Ilmu
agama, yaitu al-Qur’an, hadis, dan fiqh. Proses pembukuan hadis terjadi pada
masa khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itu hadis mengalami perkembangan
yang pesat.
2. Ilmu sejarah
dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah,
dan riwayat. Tokohnya adalah Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil menulis
peristiwa sejarah
3. Ilmu
bahasa, yaitu segala ilmu yang berkaitan dengan bahasa arab seperti nahu, saraf
dan lain sebagainya.
4. Ilmu
filsafat, yaitu ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu
mantic, kimia, astronomi, matematika, dan kedokteran.
Pola
pendidikan pada masa dinasti umayyah sudah mengarah kepada pendidikan yang
berifat desentralisasi, artinya pendidikan tidak hanya terpusat di ibukota
Negara saja tetapi sudah dikembangan secara otonom di daerah yang telah
dikuasai seiring dengan ekspansi teritorial. Sistem pendidikan ketika itu belum
memiliki tingkatan dan standar umur. Kajian keilmuan yang ada pada masa ini
berpusat di Damaskus sebagai pusat kota pemerintahan, Kuffah, Mekkah, Madinah,
Mesir, Cordova dan beberapa kota lainya, seperti Basrah, dan Irak, Damsyik dan
Palestina, dan Fistat.(Mesir)
Melihat
sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan yang ada pada masa dinasti umayyah, dapat
difahami bahwa pada masa ini merupakan awal dari perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Philip K. Hitti, masa pemerintahan dinasti
umayyah merupakan masa inkubasi, maksudnya adalah masa ini peletakan
dasar-dasar kemajuan pendidikan selanjutnya dan intelektual muslim berkembang
pada masa ini.
Adapun
bentuk dan lembaga pendidikan pada masa dinasti umayyah di antaranya adalah:
1.
Pendidikan Istana, yaitu pendidikan yang diselenggarakan dan diperuntukkan
khusus bagi anak-anak khalifah dan para pejabat pemerintahan. Kurikulum pada
pendidikan istana diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali
pemerintahan atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan
kebutuhan pemerintah, maka kurikulumnya diatur oleh guru dan orang tua murid.
Hal ini
dapat dilihat dari rencana dan petunjuk yang diberikan oleh orang tua murid
kepada guru agar dijadikan acuan atau pedoman dalam mendidik anak-anak mereka.
contoh pesan-pesan tersebut di bawah ini:
a. Wasiat Amru ‘Utba kepada pendidik
putranya. Beliau berkata:
Kerjamu yang pertama untuk
memperbaiki putra-putraku adalah memperbaiki dirimu sendiri, karena mata mereka
selalu terikat padamu. Apa yang kamu perbuat adalah yang terbaik menurut
pandangan mereka, dan yang buruk adalah yang kamu tinggalkan. Ajarkanlah kepada
mereka al-Qur’an, tetapi jagalah mereka agar tidak sampai bosan, karena kalau
sampai demikian Al-Qur’an itu akan meninggalkannya. Dan janganlah kamu
dijauhkan oleh al-Qur’an, nanti mereka akan meninggalkan al-Qur’an sama sekali.
Riwayatkanlah kepada mereka hadits-hadits yang paling baik, dan syair yang
paling suci. Jangan kamu bawa mereka pindah dari suatu ilmu kepada ilmu yang
lain sebelum ilmu itu difahaminya dengan betul-betul. Sebab ilmu yang
bertimbun-timbun dalam otak sukar difahami. Ajarkanlah kepada mereka jalan
orang-orang yang bijaksana. Jauhkan mereka berbicara dengan
perempuan-perempuan. Jangan engkau bersandar kepada kemaafanku karena aku pun
telah menyandarkan sepenuhnya kepada kecakapanmu.
b. Wasiat
Hisyam ibn Abdul Malik kepada Sulaiman al Kalbi, Dia berkata :Putraku ini
adalah sepotong kulit dari bagian dua mataku ini. Engkau talah saya angkat
sebagai pendidiknya karena itu hendaklah bertaqwa kepada Allahdan melaksanakan
apa yang telah dipercayakan kepada mu, pertama latihlah dia dengan Kitabullah,
kemudian riwayatkan syari yang paling baik sreta bawalah dia ke dusun-dusun
untuk mengambil syair yang baik, dan hendaklah diketahuinya yang halal dan
haram begitu juga berpidato dan cerita peperangan.
c. Wasiat
Abdul Malik ibn Marwn kepada pendidik putranya, Ajarkanlah kepada mereka
berkata benar di samping mengajarkan al-Qur’an. Jauhkanlah mereka Dari orang
jahat karena orang tersebut tidk mengindahkan perintah tuhan dan tidak berlaku
sopan. Jauhkan pula mereka dari khadam dan pelayan, karena pergaulan khadam dan
pelayan itu dapat merusak moralnya. Lunakkanlah perasaan mereka agar keras
pundaknya. Berilah mereka daging agar mereka berbadan kuat. Ajarkanlah syair
kepada mereka agar mulia dan berani. Suruhlah mereka bersugi dengan melintang
dan minum air dengan menghirup pelan-pelan, jangan diminumnya dengan tidak
senonoh. Dan bila kamu menegurnya maka hendaklah dengan tertutupjangan sampai
diketahui oleh pelayan dan tamu agar mereka tidak dipandang rendah oleh mereka.
2.
Pendidikan Kuttab, yaitu tempat belajar menulis. Pada masa awal Islam sampai
pada era khulafaur rasyidin dalam pendidikan di Kuttab secara umum tidak
dipungut bayaran alias gratis, akan tetapi pada masa dinasti umayyah ada di
antara pejabat yang sengaja menggaji guru dan menyediakan tempat untuk proses
belajar mengajar. Adapun materi yang diajarkan adalah baca tulis yang pada
umumnya diambil dari syair-syair dan pepatah arab.
3.
Pendidikan Masjid, yaitu tempat pengembangan ilmu pengetahuan terutama yang
bersifat keagamaan. Pada pendidikan masjid ini terdapat dua tingkatan yaitu menegah dan tinggi.
Materi pelajaran yang ada seperti al-Qur’an dan tafsirnya, hadis dan fiqh serta
syariat Islam.
4.
Pendidikan Badiah, yaitu tempat belajar bahasa arab yang fasih dan murni. Hal
ini terjadi ketika khalifah Abdul Malik ibn Marwan memprogramkan arabisasi maka
muncul istilah badiah, yaitu dusun badui di Padang Sahara mereka masih fasih
dan murni sesuai dengan kaidah bahasa arab tersebut. Sehingga banyak khalifah
yang mengirimkan anaknya ke badiah untuk belajar bahasa arab bahkan ulama juga
pergi ke sana di antaranya adalah Al Khalil ibn Ahmad.
5. Pendidikan
Perpustakaan, pemerintah dinasti umayyah mendirikan perpustakaan yang besar di
Cordova pada masa khalifah Al Hakam ibn Nasir.
6. Majlis
Sastra/ Saloon Kesusasteraan, yaitu suatu majelis khusus yang diadakan oleh
khalifah untuk membahas berbagai ilmu pengetahuan. Majelis ini sudah ada sejak
era khulafaurrasyidin yang diadakan di masjid. Namun pada masa dinasti umayyah
pelaksanaannya dipindahkan ke istana dan hanya dihadiri oleh orang-orang
tertentu saja.
7.
Bamaristan, yaitu rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta tempat
studi kedokteran. Cucu Muawiyah Khalid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran.
Ia menyediakan sejumlah harta dan memerintahkan para sarjana yunani yang ada di
Mesir untuk menerjemahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa arab. Hal
ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga al Walid ibn Abdul Malik
memberikan perhatian terhadap bamaristan.
Sedangkan
pendidikan untuk umum merupakan kelanjutan dari pendidikan yang telah
dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup, ia merupan sarana
pendidikan yang sangat penting bagi kehidupan agama. Dalam pertumbuhan dan
perkembangannya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan Islam
secara umum yang ada kaitannya dengan peri kehidupan umat Islam sendiri. Dengan
demikian, tidaklah mengherankan bila usaha kegiatan pendidikan dan pengembangan
ilmu memperoleh kesempatan yang baik.
Format
pendidikan pada masa khlafaur rasyidin dan umayyah masih terjadi dalam dunia
pendidikan saat ini. Sebagaimana pola pngajaran dengan sistem kuttab, tempat
anak-anak belajar membaca dan menulis Al Qur’an serta ilmu agama lainnya.
Sistem dengan pola ini bertempat di rumah guru, istana, dan masjid.
Menurut
hemat penulis bahwa pola pendidikan pada masa dinasti umayyah dapat dibagi
menjadi dua yaitu pendidikan istana yang khusus dan terbatas untuk anak-anak
khalifah dan keluarganya kemudian pendidikan untuk umum yang disediakan bagi
masyarakat. Karena visi dan misi serta tujuan masing-masing pendidikan keduanya
berbeda oleh karena itu sistem dan kurikulumnya berbeda pula.
Dari
beberapa penjelasan di atas maka penulis menyimpulkan bahwa pola pendidikan
Islam pada masa pemerintahan umayyah sudah terjadi perkembangan dibanding pada
masa sebelumnya, Walaupun sistem yang dilaksanakan masih menggunakan cara yang
lama. Hal ini disebabkan karena luas wilayah kekuasaan dinasti umayayh sudah
begitu luas mencapai tiga benua.
F. Penutup
Dinasti
umayyah merupakan sebuah periode yang sangat menentukan dalam peradaban Islam
karena selama kurang lebih 91 tahun berkuasa sudah banyak kebijakan dan
perubahan yang dilakukan oleh para khalifah sehingga kemajuan dan kemunduran dinasti
umayyah menjadi pelajaran yang berharga bagi pemimpin-pemimpin Islam saat ini.
Sedangkan
untuk pola pendidikan Islam memang masih sama dengan periode sebelumnya tetapi
sudah ada reformasi yang dilakukan baik dari segi kurikulumnya maupun tata cara
yang dilakukan oleh para pendidiknya. Hal yang penting kita tanggap dari uraian
di atas adalah bahwa pendidik harus memperhatikan pserta didiknya dengan baik
begitu juga orang tua harus punya perhatian yang besar terhadap masa depan
anaknya sehingga pendidikan yang diselenggarakan dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
0 Komentar untuk "MAKALAH SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA UMAIYYAH"